LAPORAN AKHIR TAHUN PERTAMA 2015 PENELITIAN TIM PASCASARJANA: REDEFINISI LARAS SLENDRO

Downloads

Downloads per month over past year

Hastanto, Sri and Rahayu, Tersisia Agustien Prabarini and Habibullah, Rizki and Nugroho, Mukhlis Anton and Ariprabowo, Danang (2015) LAPORAN AKHIR TAHUN PERTAMA 2015 PENELITIAN TIM PASCASARJANA: REDEFINISI LARAS SLENDRO. ISI Surakarta. (Unpublished)

[img]
Preview
Text
Lap PenelREDIVINISI LARAS SLENDRO Prof Has.pdf

Download (5MB) | Preview

Abstract

Salah satu sistem pelarasan (tuning system) yang digunakan di dalam Musik Nusantara adalah Laras Slendro. Masih ada pelarasan yang lain misalnya Laras Pelog, Laras Barang Miring dan lain sebagainya. Laras Slendro di berbagai daerah budaya di Nusantara ada yang mempunyai nama lain misalnya Salendro di Pasundan, Patutan Gender Wayang di Bali, dan banyak pula yang daerah budaya itu tidak memberi nama, misalnya di Banyuwangi, Madura, Banjar (Kalimantan Selatan), Palembang (Sumatra Selatan, dan sebagainya. Laras Slendro tidak hanya terdengar di Nusantara saja tetapi juga di Asia dan di berbagai belahan dunia, sehingga kemungkinan Laras Slendro merupakan tuning system terbesar di dunia sesudah Laras Diatonis Barat. Laras Slendro telah dipraktekan ratusan tahun oleh masyarakat tradisi dalam sistem musiknya yang disebut gamelan dan atau musik vokal mereka. Para pemilik budaya Slendro ini dapat merasakan bagaimana suasana musikalnya, tetapi mungkin mereka tidak dapat secara komprehensip menjelaskannya. Bagi orang-orang Nusantara yang tidak mengenal baik Laras Slendro, terutama mereka yang belajar musik Barat menganggap bahwa Slendro adalah pentatonik bagian dari diatonik yang dipelajarinya, yaitu sama dengan do-re-mi-so;la-do. Anggapan itu sama sekali salah dan karena luasnya penyebaran musi barat di Indonesia maka pernyataan yang demikian menyesatkan dan membahayakan eksistensi Laras Slendro di di dunia ini. Itu ditak boleh dibiarkan dan penelitian ini berusaha meluruskan pendapat para “intelektual musik Indonesia” yang ceroboh itu. Laras Slendro mempunyai rasa musikal yang signifikan, sangat berbeda dengan Laras Diatonis Barat. Bagi telinga yang terlatih seseorang akan sangat mudah membedakannya. Tetapi bagi telinga yang tidak terlatih maka Slendro dianggap pentatonik seperti apa yang dirasakan oleh mereka yang mempelajari musik barat secara dangkal. Musisi dan komponis Barat terkenal Debussy merasakan signifikansi rasa musikal Laras Slendro ini dan dengan serta merta memasukkan unsur rasa Slendro ke dalam beberapa karyanya. Sangat ironi kalau harta budaya kita yang bernama Laras Slendro yang diakui dunia musik gelobal mendapat perlakuan yang tidak pada tempatnya di habitatnya sendiri Indonesia. Penelitian ini bersifat kualitatif, datanya merupakan hasil deskripsi dari pengumpulan data empirik para praktisi musik tradisional Nusantara yang bersifat emik. Data emik ini kemudian diubah dengan pendekatan etik agar jelas dan dapat dianalisis secara akademik yang akhir simpulannya akan dapat dipahami secara akademik. Empat mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta yang terdiri dari seorang mahasiswa S3 dan tiga orang S2 dilibatkan dalam penelitian ini. Desertasi dan tesis mereka berhubungan erat dengan masalah pelarasan yang merupakan inti dari Penelitian Tim Pascasarjana ini, sehingga keterlibatan mereka akan membantu penyelesaian Tugas Akhirnya masing-masing.

Type: Other
Not controling keyword: Laras Slendro, tuning system, pentatonik, Nusantara
Subject: 1. ISI Surakarta > Penciptaan dan Pengkajian Seni
Divisions: Faculty of Graduate Programs > School of Master Program (S2)
User deposit: UPT. Perpustakaan
Datestamp: 28 Nov 2016 03:03
Last mod: 28 Nov 2016 03:34
URI: http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/690

Actions (login required)

View item View item