Setiawan, Aris (2024) Gak Bisa Yura! SOLOPOS. p. 2. ISSN -
|
Text
SOLO POS 9 NOP 2024.pdf Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (408kB) | Preview |
Abstract
Tren "Gak Bisa Yura," yang berasal dari lagu Risalah Hati oleh Dewa 19 dan dibawakan ulang oleh Yura Yunita, mencerminkan dinamika emosional generasi muda di media sosial, khususnya di TikTok. Ungkapan ini menjadi simbol bagi individu yang ingin mengekspresikan ketidakmampuan atau kerentanan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari cinta hingga pilihan hidup. Fenomena ini menunjukkan keterkaitan antara budaya populer dan teknologi, di mana individu tidak hanya menjadi konsumen pasif tetapi turut berkontribusi secara kreatif, seperti dalam pembuatan video parodi atau meme. Hal ini juga mencerminkan pergeseran nilai sosial, di mana masyarakat semakin terbuka berbicara tentang kerentanan dan ketidakpastian. Namun, tren ini memunculkan kritik, terutama terkait dengan penggunaan humor sebagai mekanisme koping. Meski efektif meredakan ketegangan, cara ini berpotensi mereduksi proses reflektif terhadap emosi. "Gak Bisa Yura" menggambarkan bagaimana musik dan media sosial menjadi alat kolektif dalam membangun koneksi sosial, tetapi juga menyisakan pertanyaan mengenai kedalaman pemahaman emosi di era digital.
Type: | Article |
---|---|
Not controling keyword: | Media Sosial, Budaya Populer, Kerentanan |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Etnomusikologi |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Etnomusicology |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 11 Nov 2024 07:14 |
Last mod: | 11 Nov 2024 07:15 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/6877 |
Actions (login required)
View item |