Prasetyo, Ari (2015) PANCER DALAM KARAWITAN GAYA SURAKARTA. S1 thesis, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA.
|
Text
ARI PRASETYO.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Skripsi yang berjudul “Pancer dalam Karawitan Gaya Surakarta” ini pada dasarnya bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan tentang bagaimana keberadaan pancer khususnya faktor dan peran pancer dalam karawitan gaya Surakarta. Pancer merupakan salah satu garap yang terdapat dalam karawitan, khususnya garap balungan. Atas dasar hal tersebut digunakan landasan teori tentang garap. Selain itu juga digunakan teori tentang pentingnya sebuah peran ricikan dan teori tentang kreatifitas. Pancer dalam kehidupan masyarakat Jawa salah satunya memiliki arti oyod lajer atau akar tunggang atau akar pokok yang mengarah lurus ke bawah. Pancer atau oyod lajer tersebut merupakan penopang atau penguat bagi sebuah pohon. Hal ini terdapat korelasi dengan pengertian pancer dalam karawitan. Garap pancer adalah garap pada ricikan balungan, khususnya saron dan demung dalam mengisi keberadaan sabetan ganjil pada struktur balungan nibani. Fungsi isian tabuhan pancer tersebut salah satunya adalah untuk memperkuat laya dalam sajian sebuah gending. Garap pancer pada umumnya disajikan pada bagian Inggah gending, gending bentuk Ketawang dan Ladrang. Hal ini dikarenakan pada bentukbentuk gending tersebut sering dijumpai struktur balungan nibani. Secara umum, nada yang digunakan sebagai garap pancer yaitu nada 1, 3 dan 5, akan tetapi juga terdapat juga pancer 6. Keberadaan garap pancer 6 dalam sebuah gending terkait dengan tindakan kreatif penyajian pancer dalam karawitan. Sebagian besar gending, digarap dengan menggunakan nada pancer 1, sementara nada 3 dan 5 hanya digunakan pada gending-gending tertentu. Penggarapan sebuah gending dengan garap pancer didasari oleh dua faktor. Faktor pertama adalah dilatarbelakangi oleh adanya ruang pada balungan nibani, dan faktor kedua adanya tuntutan rasa gending. Pancer 3 dan 5 memiliki peran penting dalam membangun rasa sigrak sebuah gending. Oleh sebab itu pancer 3 dan 5 selalu disajikan untuk sajian gending-gending tertentu. Sementara pancer 1 tidak terlalu berperan dalam membangun rasa gending. Oleh sebab itu pancer 1 bukan merupakan sebuah keharusan dalam sebuah sajian gending. Garap pancer dalam kasus tertentu juga merupakan sebuah kreatifitas dari seniman. Tindakan kreatif garap pancer dapat dilihat pada kasus gending Lambangsari dan Majemuk. Selain menggunakan nada pancer 1 yang biasa digunakan untuk gending-gending pada umumnya, Inggah gending Lambangsari dan Majemuk juga digarap dengan isian nada pancer yang bervariasi sehingga memunculkan kesan rasa yang berbeda.
Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subject: | 1. ISI Surakarta > Karawitan |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Karawitan |
User deposit: | UPT. Perputakaan |
Datestamp: | 24 Sep 2016 06:33 |
Last mod: | 24 Sep 2016 06:33 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/65 |
Actions (login required)
View item |