Setiawan, Aris (2022) Nasida Ria, Musik, dan Kesetaraan Gender. Koran Tempo. ISSN -
|
Text
Nasida Ria.pdf Download (132kB) | Preview |
Abstract
Beberapa waktu lalu, kelompok musik Nasida Ria dari Semarang membuat kejutan, berhasil memukau penonton dalam festival seni Documenta Fifteen, Kassel Jerman (18 Juni 2022). Kelompok musik Islami yang semua pemainnya perempuan ini menjadi unik untuk dibaca lebih jauh karena masih bertahan, bahkan tetap eksis di usianya yang hampir menginjak setengah abad, 47 tahun. Nasida Ria lahir pada momentum yang pas, saat Indonesia sedang gencar-gencarnya menata peradaban kultural berbasis agama (Islam).Nasida Ria secara tak langsung mendobrak tatanan hierarkis posisi perempuan Indonesia, terutama Jawa, dalam bingkai religius dan kultural. Dalam bingkai religius, Nasida Ria mampu tampil sebagai contoh perempuan beriman, lewat kostum yang dipakainya dengan kesan santun dan sopan. Namun pada konteks yang sama, kelompok itu berhasil menjungkirbalikkan logika wacana struktur perempuan secara kultural. Panggung yang selama ini identik dengan kuasa laki-laki, berhasil direbutnya. Nasida Ria mendekonstruksi pandangan tersebut. Sebagai perempuan,di ranah kultural-kesenian, kelompok itu tanpa canggung bermusik.Dengan mengambil nafas Islami sebagai jalan kekaryaannya,setidaknya mereka melakukan -meminjam istilah Ariel Heryanto- “perlawanan dalam kepatuhan”. Melawan dominasi laki-laki dalam kekaryaan musik serta kuasa laki-laki atas perempuan. Perlawanan itu diikuti dengan kepatuhan, yakni patuh secara agama, bersenandung tentang nasihat kehidupan serta puji-pujian kepada sang pencipta.
Type: | Article |
---|---|
Not controling keyword: | Musik, Nasida Ria, Gender |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Etnomusikologi |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Etnomusicology |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 22 Jul 2022 08:26 |
Last mod: | 22 Jul 2022 08:26 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/5518 |
Actions (login required)
View item |