Setiawan, Aris (2021) Gamelan dan Upaya Meneorikannya. Jawa Pos.
|
Text
Gamelan dan Upaya Menteorikannya.pdf Download (441kB) | Preview |
Abstract
Sejak wayang dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO tahun 2003, tidak sedikit para pelaku gamelan yang merasa cemburu. Mengingat, wayang dan gamelan adalah dua episentrum yang sulit dipisahkan. Jika wayang dipandang sebagai warisan berharga, maka gamelan tak ada beda. Setelah sekian lama, 18 tahun kemudian, giliran gamelan secara aklamatif diakui sebagai warisan serupa, lewat sidang ke-16 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, 15 Desember 2021 di Paris, Perancis. Gamelan dapat dikatakan sebagai orkestra terbesar kedua dunia setelah musik Klasik Eropa. Polemik kebudayaan, pada rentang tahun 1930-1950an, membawa gamelan menemui babak baru, ketika kaum intelektual pribumi merasa penting menghadirkan sekolah khusus gamelan sebagai ruang pendidikan kebudayaan musik tradisi. Lahirlah Konservatori Karawitan (KOKAR) di Solo tahun 1950. Apa yang menarik dari peristiwa itu, adalah bergesernya kuasa wacana gamelan, dari peristiwa musik milik publik menjadi peristiwa akademik milik para intelektual
Type: | Article |
---|---|
Not controling keyword: | Gamelan, felt time, clock time,terminologi musik |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Etnomusikologi |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Etnomusicology |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 25 Dec 2021 06:57 |
Last mod: | 25 Dec 2021 06:57 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/5169 |
Actions (login required)
View item |