%C Surakarta %K seni, enkulturasi, profetik %A Mukhlas Alkaf %A Suharji Suharji %D 2024 %L eprintsOLD7883 %X Berkesenian, selalu dapat dikaitkan derngan aspek batiniah, penghayatan seni berkait erat dengan kehalusan perasaan dan intuisi. Seni juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran budaya (enkulturasi), yaitu proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial terkait norma, tatanan sosial, dan peraturanperaturan yang hidup dalam sifat kebudayaannya. Penelitin ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif , akan berusaha membahas ragam kesenian Sholawat Montro. Kesenian Sholawat Montro ini pertama kali ditemukan di Dusun Kauman, Kecamatan Pleret dan diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Yudhonegoro, atau menantu dari Sultan Hamengkubuwono VIII. Kesenian ini berisi sekelompok penampil dan pengiring musik yang semuanya laki-laki, mereka menyanyikan pujipujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan cara nembang, diiringi musik tradisional gamelan dan terbangan. Kesenian profetik ini muncul sebagai sebuah sarana enkulturasi dan proses belajar sosial bagi warga pendukung. Dalam pemahaman Jawa terdapat pasangan alus-kasar, yang secara tradisional adalah tolok ukur untuk menilai kualitas orang Jawa pada umumnya dan priyayi pada khususnya. Kesadaran akan pentingnya bersikap alus, digambarkan adanya kenyataan bahwa anakanak yang belum dewasa dikatakan durung Jawa, belum bersikap layaknya orang Jawa. Untuk menjadi seorang Jawa dewasa, seseorang harus mampu membawa diri menurut tatakrama dan memenuhi kewajibankewajibannya. Ia juga diharapkan untuk mempelajari aspek batiniah dengan memgetahui aturan-aturan %T ENKULTURASI DAN PENEGUHAN IDENTITAS SANTRI PADA KESENIAN PROFETIK SHOLAWAT MONTRO DI DESA WONOKROMO, KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL %I ISI Surakarta