%X Penelitian yang dilakukan oleh Sempati (2017) menunjukkan bahwa persepsi remaja Indonesia pada makanan tradisional lebih rendah daripada persepsi remaja terhadap makanan modern. Permasalahan tersebut juga terjadi pada remaja Tuban dengan rentang umur 11-15 tahun, dimana pengetahuan mereka tentang kuliner lokal Tuban lebih rendah 20% dari pada pengetahuan mereka terhadap kuliner asing. Oleh karena itu, diperlukan adanya media yang dapat mempopulerkan Kembali kuliner Tuban supaya lebih dikenal oleh generasi muda. Salah satu cara untuk memperkenalkan Kembali ialah dengan melalui komik berjudul “Tualang Rasa Tuban”. Alasan mengapa media tersebut dipilih dikarenakan Wahyudin (2020) menyatakan bahwa komik merupakan media penyampaian yang baik untuk anak umur 11-15 tahun. Komik dirancang berwarna dengan gaya gambar manga agar lebih menarik oleh audiens, serta menggunakan genre komedi slice of life agar tidak membosankan dan lebih membekas untuk pembaca. Selain itu, penggunaan media cetak dipilih daripada digital, sebab Seal (2020) memaparkan bahwa buku fisik dapat memberikan pemahaman dan pengalaman yang lebih baik terhadap pembaca. Dalam pembuatan komik, digunakan pendekatan design thinking dengan Mccloud agar komik yang dibuat menarik untuk target pasar, serta metode AISAS untuk perancangan promosi. Dari hasil yang didapatkan, remaja yang telah membaca komik tersebut jadi lebih tertarik terhadap kuliner Tuban dan ingin memperkenalkan kuliner Tuban ke khalayak yang lebih luas. Adanya komik “Tualang Rasa Tuban” dapat melestarikan serta memperkenalkan kepada Masyarakat yang lebih luas mengenai makanan lokal yang masih belum dikenal, terutama makanan tradisional khas Tuban %D 2025 %K Kuliner Tradisional Tuban, Komik, Tualang Rasa Tuban , Slice of Life, Manga %L eprintsOLD7836 %I Institut Seni Indonesia Surakarta %T Komik Berwarna “Tualang Rasa Tuban” Bergenre Komedi Slice of Life dengan Gaya Gambar Manga Sebagai Upaya Pengenalan Kuliner Daerah %A Jasmine Fitria Tsani