eprintid: 7793 rev_number: 8 eprint_status: archive userid: 15 dir: disk0/00/00/77/93 datestamp: 2025-09-17 03:12:58 lastmod: 2025-09-17 03:12:58 status_changed: 2025-09-17 03:12:58 type: monograph metadata_visibility: show creators_name: Sriyadi, Sriyadi creators_name: Imama, Yulela Nur creators_name: Adiwendro, Fonda title: BEDHAYA ANGLIRMENDHUNG SEBUAH TARIAN PUSAKA DI MANGKUNEGARAN: STUDI TENTANG OTORITAS ESTETIS ispublished: unpub subjects: AC divisions: sch_geo full_text_status: public monograph_type: project_report keywords: Bedhaya Anglirmendhung, Tarian pusaka, Otoritas estetis, Gaya penyajian abstract: Tari Bedhaya Anglirmendhung merupakan tarian sakral yang diyakini sebagai pusaka di Pura Mangkunegaran. Tarian ini menyerupai tari Bedhaya Ketawang di Kraton Kasunanan Surakarta dan Bedhaya Semang di Kraton Kasultanan Yogyakarta yang digunakan sebagai atribut untuk menunjukkan kewibawaan raja. Namun demikian, tari Bedhaya Anglirmendhung memiliki perbedaan signifikan dengan kedua tari bedhaya pusaka tersebut. Riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran guna memberikan gambaran terkait karakteristik yang dimilikinya. Riset ini dinilai penting untuk mengungkap bahwa Mangkunegaran sebagai kadipaten memiliki otoritas estetis dalam melakukan kreasi seni, termasuk dalam tarian sakral yang diyakini sebagai pusaka. Berhubungan dengan hal tersebut, bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi. Studi komparasi digunakan untuk memahami perbedaan yang membentuk karakteristik tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran. Studi komparasi dilakukan dengan melihat gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung, Bedhaya Ketawang, dan Bedhaya Semang. Melalui studi komparasi ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan gambaran karakteristik dari gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung sehingga dapat menunjukkan otoritas estetis yang dijalankan oleh Pura Mangkunegaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka yang didukung dengan wawancara terhadap para narasumber tari di Mangkunegaran. Hasil penelitian menunjukkan otoritas estetis yang dijalankan oleh Mangkunegara berdampak pada gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung di Mangkunegaran. Otoritas tersebut dijalankan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Mangkunegara VIII dan diteruskan Mangkunegara IX untuk merekontruksi tari Bedhaya Anglirmendhung yang telah lama tidak dipresentasikan. Melalui otoritasnya, Mangkunegara dapat melakukan kreasi seni termasuk dalam tarian pusaka, sehingga dapat memiliki karakteristik. Dengan karakteristik tersebut, dapat digunakan untuk menunjukkan identitas dan prestise Mangkunegaran sebagai kadipaten yang memiliki otoritas untuk mengelola karya tarinya. Luaran yang ditargetkan dari riset ini adalah publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi dengan status Submitted. date: 2024-10 date_type: completed publisher: Institut Seni Indonesia Surakarta place_of_pub: Surakarta pages: 13 institution: Institut Seni Indonesia Surakarta department: Fakultas Seni Pertunjukan official_url: http://repository.isi-ska.ac.id referencetext: Tari Bedhaya Anglirmendhung merupakan tarian sakral yang diyakini sebagai pusaka di Pura Mangkunegaran. Tarian ini menyerupai tari Bedhaya Ketawang di Kraton Kasunanan Surakarta dan Bedhaya Semang di Kraton Kasultanan Yogyakarta yang digunakan sebagai atribut untuk menunjukkan kewibawaan raja. Namun demikian, tari Bedhaya Anglirmendhung memiliki perbedaan signifikan dengan kedua tari bedhaya pusaka tersebut. Riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran guna memberikan gambaran terkait karakteristik yang dimilikinya. Riset ini dinilai penting untuk mengungkap bahwa Mangkunegaran sebagai kadipaten memiliki otoritas estetis dalam melakukan kreasi seni, termasuk dalam tarian sakral yang diyakini sebagai pusaka. Berhubungan dengan hal tersebut, bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi. Studi komparasi digunakan untuk memahami perbedaan yang membentuk karakteristik tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran. Studi komparasi dilakukan dengan melihat gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung, Bedhaya Ketawang, dan Bedhaya Semang. Melalui studi komparasi ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan gambaran karakteristik dari gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung sehingga dapat menunjukkan otoritas estetis yang dijalankan oleh Pura Mangkunegaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka yang didukung dengan wawancara terhadap para narasumber tari di Mangkunegaran. Hasil penelitian menunjukkan otoritas estetis yang dijalankan oleh Mangkunegara berdampak pada gaya penyajian tari Bedhaya Anglirmendhung di Mangkunegaran. Otoritas tersebut dijalankan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Mangkunegara VIII dan diteruskan Mangkunegara IX untuk merekontruksi tari Bedhaya Anglirmendhung yang telah lama tidak dipresentasikan. Melalui otoritasnya, Mangkunegara dapat melakukan kreasi seni termasuk dalam tarian pusaka, sehingga dapat memiliki karakteristik. Dengan karakteristik tersebut, dapat digunakan untuk menunjukkan identitas dan prestise Mangkunegaran sebagai kadipaten yang memiliki otoritas untuk mengelola karya tarinya. Luaran yang ditargetkan dari riset ini adalah publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi dengan status Submitted. citation: Sriyadi, Sriyadi and Imama, Yulela Nur and Adiwendro, Fonda (2024) BEDHAYA ANGLIRMENDHUNG SEBUAH TARIAN PUSAKA DI MANGKUNEGARAN: STUDI TENTANG OTORITAS ESTETIS. Project Report. Institut Seni Indonesia Surakarta, Surakarta. (Unpublished) document_url: http://repository.isi-ska.ac.id/7793/1/Sriyadi%2C%20-%20Copy%20-%20Copy.pdf