eprintid: 7462 rev_number: 9 eprint_status: archive userid: 25 dir: disk0/00/00/74/62 datestamp: 2025-07-28 04:31:44 lastmod: 2025-07-28 04:31:44 status_changed: 2025-07-28 04:31:44 type: monograph metadata_visibility: show creators_name: Dwiyasmono, Dwiyasmono title: TARI TERAPI: IMPLEMENTASI TERAPI SENI PASCA PANDEMI BAGI DISABILITAS DAN ORANG LANJUT USIA ispublished: unpub subjects: AC divisions: sch_geo full_text_status: public monograph_type: project_report keywords: Seni tari, terapi seni, holistik, disabilitas abstract: Selama pandemi Covid-19 masyarakat terkendala melakukan aktivitas fisik karena pembatasan sosial yang berdampak sosial, ekonomi, dan psikologis. Masyarakat mengalami penurunan kebugaran tubuh sehingga menjadi rentan terhadap penyakit. Tari terapi (TT) meyakini bahwa tubuh dan pikiran saling berinteraksi. Gerakan memiliki fungsi simbolis dan dengan demikian dapat membantu dalam memahami diri. Improvisasi gerakan memungkinkan orang untuk bereksperimen dengan cara-cara baru. TT menyediakan cara atau saluran di mana orang dapat secara sadar memahami hubungan awal dengan pengalaman negatif seperti terdampak pandemi melalui mediasi non-verbal. Melalui kesatuan tubuh, pikiran, dan jiwa, tari terapi memberikan rasa keutuhan kepada semua individu. TT memungkinkan ekspresi kreatif holistik dengan membentuk manusia seutuhnya: pikiran, tubuh, dan jiwa. Tujuan khusus penelitian untuk menerapkan model terapi tari bagi anak, disabilitas, dan orang tua untuk meningkatkan kebugaran masyarakat pasca pandemi. Penelitian ini mendukung arahan RIRN utamanya pada tema kesehatan serta sejalan dengan RIP Penelitian ISI Surakarta pada fokus pengembangan terapi seni. Metode Pengembangan metode TT melalui empat tahap 1) Persiapan: tahap pemanasan, ruang aman terbentuk tanpa hambatan atau gangguan, terbentuk hubungan yang mendukung kenyamanan bagi peserta untuk terbiasa bergerak. 2) Inkubasi: secara verbal mendorong peserta untuk masuk ke alam bawah sadar, mengembangkan sikap terbuka ya untuk menciptakan suasana melayani peserta, suasana santai melalui gerakan-gerakan tari. 3) Iluminasi: proses yang terintegrasi melalui kesadaran dengan dialog dan refleksi diri di mana peserta mengungkap motivasi bawah sadar, serta peningkatan kesadaran diri. 4) Evaluasi: mendiskusikan wawasan dan signifikansi proses TT Kata kunci: Seni tari, terapi seni, holistik, disabilitas date_type: completed publisher: ISI Surakarta place_of_pub: Surakarta pages: 54 id_number: - institution: INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA department: Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta official_url: http://repository.isi-ska.ac.id/ referencetext: DAFTAR PUSTAKA [1] F. J. Levy, Dance/Movement Therapy. A Healing Art. ERIC, 1988. [2] WHO, Global recommendations on physical activity for health. World Health Organization. [3] A. Hammami, B. Harrabi, M. Mohr, and P. Krustrup, ‘Physical activity and coronavirus disease 2019 (COVID-19): specific recommendations for home-based physical training’, Managing Sport and Leisure, pp. 1–6, 2020. [4] I. Handayani, ‘Tingkat Kebugaran Erat Kaitannya dengan Aktivitas Fisik’, Beritasatu.com, 2021. https://www.beritasatu.com/kesehatan/757027/tingkat-kebugaran-erat-kaitannya-dengan-aktivitas-fisik. [5] J. L. Hanna, ‘The power of dance: Health and healing’, The Journal of Alternative and Complementary Medicine, vol. 1, no. 4, pp. 323–331, 1995. [6] S. Bannerman-Haig et al., ‘Dance Movement Therapy’, Process in the Arts Therapies, p. 155, 1999. [7] J. Molinaro, M. Kleinfeld, and S. Lebed, ‘Physical therapy and dance in the surgical management of breast cancer: a clinical report’, Physical therapy, vol. 66, no. 6, pp. 967–969, 1986. [8] J. Chodorow, ‘Dance therapy and depth: The moving imagination’. London: Routledge, 1991. [9] J. K. Strassel, D. C. Cherkin, L. Steuten, K. J. Sherman, and H. J. M. Vrijhoef, ‘A systematic review of the evidence for the effectiveness of dance therapy.’, Alternative Therapies in Health & Medicine, vol. 17, no. 3, 2011. [10] L. Chrisman, ‘Movement therapy. April 6, 2001. Encyclopedia of Alternative Medicine’. 2010. [11] R. Milliken, ‘Dance/movement therapy as a creative arts therapy approach in prison to the treatment of violence’, The Arts in Psychotherapy, vol. 4, no. 29, pp. 203–206, 2002. [12] S. W. Goodill, ‘Dance/movement therapy for adults with cystic fibrosis: Pilot data on mood and adherence’, Alternative Therapies in Health and Medicine, vol. 11, no. 1, p. 76, 2005. [13] S. Dibbell-Hope, ‘The use of dance/movement therapy in psychological adaptation to breast cancer-A randomized prospective outcome study’, The Arts in Psychotherapy, vol. 1, no. 27, pp. 51–68, 2000. 54 [14] K. S. Courneya, M. R. Keats, and A. R. Turner, ‘Physical exercise and quality of life in cancer patients following high dose chemotherapy and autologous bone marrow transplantation’, Psycho‐Oncology: Journal of the Psychological, Social and Behavioral Dimensions of Cancer, vol. 9, no. 2, pp. 127–136, 2000. [15] E. Bojner-Horwitz, ‘243-DANCE/MOVEMENT THERAPY AND CHANGES IN STRESS-RELATED HORMONES: A STUDY OF FIBROMYALGIA PATIENTS’, Journal of Psychosomatic Research, vol. 6, no. 56, p. 633, 2004. [16] D. Dwiyasmono, ‘KARYA TARI" SOLAH" REFLEKSI NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DALAM KEHIDUPAN KEKINIAN’, Kawistara, vol. 5, no. 1, pp. 36–46, 2015. [17] D. Dwiyasmono, ‘The Creation of “LAKU” Multimedia Dance’, Arts and Design Studies, vol. 68, no. 1, 2018. [18] D. Dwiyasmono, ‘Harjuna-Keratarupa Dance Development’, Arts Des. Stud, vol. 96, no. 1, 2021. citation: Dwiyasmono, Dwiyasmono TARI TERAPI: IMPLEMENTASI TERAPI SENI PASCA PANDEMI BAGI DISABILITAS DAN ORANG LANJUT USIA. Project Report. ISI Surakarta, Surakarta. (Unpublished) document_url: http://repository.isi-ska.ac.id/7462/1/4.%20Laporan%20Akhir%20-%20Terapan%20-%20Dwiyasmono.pdf