ADAPTASI PERMAINAN TRUMPET PENYANDANG DIFABEL TUNA DAKSA MUHAMMAD SALWA ARISTOTEL

Hanafi, Muhammad Ridwan (2022) ADAPTASI PERMAINAN TRUMPET PENYANDANG DIFABEL TUNA DAKSA MUHAMMAD SALWA ARISTOTEL. S1 thesis, Institut Seni Indonesia Surakarta.

Preview

Text Muhammad Ridwan Hanafi - POTONG.pdf Download (4MB) | Preview

Abstract

Skripsi ini berjudul “Adaptasi Permainan Trumpet Penyandang DifabelTuna Daksa Muhammad Salwa Aristotel”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana adaptasi permainan trumpet yang dilakukan oleh Muhammad Salwa Aristotel; bagaimana adaptasi itu dilakukan; dan bagaimana respon dan apresiasi masyarakat terhadap apa yang dilakukan oleh Salwa. Penelitian ini menggunakan konsep adaptasi yang secara spesifik mengarah kepada adaptasi fungsional yang ditulis oleh Iridiastadi. Selain itu juga menggunakan konsep bakat yang ditulis oleh Asrori. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan tahapan penelitian sebagai berikut: observasi, studi pustaka, wawancara, dokumentasi, analisis dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis, simpulan dari penelitian ini adalah bahwa adaptasi yang dilakukan oleh Salwa dalam memainkan alat musik, khususnya trumpet, dilatarbelakangi oleh ketebatasan tubuh dirinya yang terpaksa harus memaksimalkan organ yang ada untuk dapat bermain alat musik. Selain itu, adaptasi itu merupakan wujud dari teori learning by condition (belajar dari kondisi). Sikap alamiah mahkluk hidup memiliki dua hal dalam belajar, yaitu learning by condition dan learning by imitating (belajar dari meniru). Adaptasi yang dilakukan oleh Salwa dalam bermain alat musik trumpet didukung oleh beberapa hal: a) memaksimalkan kemampuan kaki melalui saraf motorik dan otot yang ada di punggung kaki seperti otot extensor digitorum brevis pedis, extensor hallucis brevis, Interossea; b) melatih jari-jari kaki dengan tekun supaya terbiasa, leluasa dan memiliki tenaga untuk memainkan alat musik; c) melawan teori antropometri, Salwa menyesuaikan kondisi tubuhnya dengan alat musik trumpet yang dibuat berdasarkan teori antropometri. Salwa mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat, baik masyarakat umum, masyarakat seni, dan masyarakat sesama penyandang difabel. Sebab, Salwa dianggap sebagai orang yang mampu meretas dirinya sendiri.

Actions (login required)

View item