Dewi, Nora Kustantina (1994) TARI BEDHAYA KETAWANG REAKTUALISASI HUBUNGAN MISTIS PANEMBAHAN SENOPATI DENGAN KANJENG RATU KENCANA SARI DAN PERKEMBANGANNYA. S2 thesis, Institit Seni Indonesia Surakarta.
|
Text
NORA KUSTANTINA DEWI.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Studi ini bermaksud memahami tari bedhaya ketawang yang memiliki fungsi sangat penting dalam tata politis Kasunanan Surakarta dan ritual, tetapi sekarang telah mengalami perubahan. Pernyataan sederhana ini memerlukan pengamatan yang luas, sebab perjalanan dalam pelestariannya tampak menyeret berbagai aspek sebagai latar belakangnya. Oleh karena itu diperlukan pinjaman kerangka ilmu-ilmu sosial dalam mendekati topik dengan substansi historis yang dikemukakan agar dapat memberikan penjelasan dan jawaban permasalahannya. Perjalanan sejarah panjang kerajaan mataram baru yang pernah mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. perlahan-lahan kekuasaan politis melemah seiring dengan menguatnya pengaruh Belanda yang ikut menentukan pergelaran tari Bedhaya Ketawang menjadi tari sarana penobatan raja. Sejak pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono X. Kehadiran tari Bedhaya Ketawang di Karaton Kasunanan Surakarta mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai legitimasi kekuasaan. Raja dianggap absah sebagai pewaris keturunan kerajaan mataram baru yang mempunyai keajegan kekuatan ghaib yang terpancar dalam tari bedhaya ketawang. hal ini sangat erat hubungannya dengan cita pikiran tentang kedudukan raja yang dipercaya bersifat dewa dan berkuasa diatas segalanya. semua hasil karya seni, penciptaannya dikembalikan kepada raja. Mitos yang berlaku dilingkungan masyarakat tradisional Jawa, tari bedhaya ketawang yang disakralkan merupakan pelestarian hubungan mistis keturunan panembahan Senopati sebagai raja Mataram Baru yang pertama dengan penguasa laut selatan yaitu Kanjeng Ratu Kencana Sari. Mitos yang tetuang didalam Babda Tanah Djawi (1980) menggambarkan pernyataan takluknya Kanjeng Ratu Kencana Sari beserta bala tentaranya terhadap kekuatan supranatural Panembahan Senopati, dan akan selalu membantu serta dilanjutkan dengan saling menjalin percintaan. Kemunduran kekuasaan politik Keraton Kasunanan Surakarta selama kurun waktu akhir abad XViii dan abad XIX menjadikan perhatian beralih ke dalam bidang-bidang kesenian dan budaya yang belum pernah dicapai seperti pada kurun-kurun waktu sebelumnya. maka dari itu perkembangan selanjutnya tari Bedhaya Ketawang mengalami perubahan-perubahan baik fungsi maupun nilai seninya. pergeseran makna tari Bedhaya Ketawng yang diyakini bernilai snagat sakral dan keramat, sekarang hanya sebagai seni pertunjukan yang bersifat pseudo ritual.
Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Subject: | 1. ISI Surakarta > Tari |
Divisions: | Faculty of Graduate Programs > School of Master Program (S2) |
User deposit: | Raden Lalan Fuandara |
Datestamp: | 19 Sep 2022 05:39 |
Last mod: | 19 Sep 2022 05:39 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/5613 |
Actions (login required)
View item |