LANGENDRIYAN GAYA MANGKUNAGARAN SURAKARTA

Soemaryatmi, Soemaryatmi (2021) LANGENDRIYAN GAYA MANGKUNAGARAN SURAKARTA. In: PROSIDING WEBINAR HARI TARI DUNIA 2021 DIGITALISASI TARI DI ERA NEW NORMAL. JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, Semarang, pp. 91-105. ISBN 978-623-92058-5-0

Preview

Text LANGENDRIYAN GAYA MANGKUNAGARAN SURAKARTA.pdf Download (3MB) | Preview

Abstract

Langendriyan merupakan salah satu bentuk dramatari berdialog dengan vokal yang mengambil dari sekar macapat. Tujuan penelitian tentang Langendriyan Gaya Mangkunaragan Surakarta yang mengambil ceritera Menakjiggga Lena adalah untuk mendeskripsikan pertunjukan langendriyan yang berkembang di Pura Mangkunagaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan metodologi meliputi, pengumpulan data dengan teknik obeservasi, wawancara, dan studi pustaka, serta teknik analisa data menggunakan analisis bentuk, fungsi dan makna. Hasil penelitian menunjukan bahwa Langendriyan Menakjingga Lena telah dipentaskan sejak Mangkunagara IV hingga masa Mangkunegara IX dengan berbagai perubahan. Sejak tahun 1992-an langedriyan sering dipentaskan di Pendapa Pura Mangkunegaran, untuk menjamu turis domestik dan mancanegara. Untuk keperluan tersebut maka ada perubahan garap pada sajiannya yaitu durasi yang awalnya 90 menit menjadi 45 menit. Dibawakan oleh 8-10 orang penari wanita. Struktur sajian yang lengkap terdiri dari 8 adegan berubah menjadi lima adegan meliputi: adegan Mojopahit, Keputren Blambangan, perang tanding Damarwulan melawan Menakjingga dan boyongan. Makna atau isi yang disampaikan adalah tentang kepahlawanan dan kesetiaan. Langedriyan adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang menjadi kebanggaan dan kehidupan bagi keluarga besar Mangkunagaran. Sebagai salah satu sentra pengembang budaya Jawa, Mangkunagaran memiliki peran dan sumbangan dalam pembangunan bangsa Indonesia secara nyata.

Actions (login required)

View item