Setiawan, Aris (2021) Babi Ngepet dan Budaya Tanding Akar Rumput. Koran Tempo.
|
Text
Aris Setiawan 3mei2021.pdf Download (700kB) | Preview |
Abstract
Zaman telah berkembang dengan begitu pesat, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi mengabarkan berbagai hal tentang keilmiahan dan rasionalitas, toh hal itu tak menyurutkan konstruksi kebudayaan masyarakat kita dengan mengkultuskan nalar ritual yang transenden. John Pemberton dalam bukunya On The Subject of “Java” (2003), memandang peristiwa demikian sebagai upaya masyarakat akar rumput yang miskin untuk mendapatkan eksistensi dan pengakuan di balik ketimpangan hidupnya. Sebentuk “budaya tandingan” di kala mereka tak mampu menjangkau hidup bergelimang harta sebagaimana kaum bangsawan serta artis ibu kota yang saban hari berpamer harta di media sosial dan televisi. Kisah yang demikian sejatinya telah berlangsung lama.Saat Keraton Mataram Islam Jawa mengekalkan ritus pertemuan antara raja dan Ratu Pantai Selatan sebagai sebuah cermin tradisi besar dari apa yang disebut: “kebudayaan adi luhung”, masyarakat kecil menirunya dengan membentuk laku budaya tandingan. Jika Ratu Pantai Selatan dipercaya mampu memberi ketentraman dan kehidupan yang baik dalam tembok keraton, masyarakat akar rumput melakukan hal serupa dengan membuat mitos-mitos tentang penghuni sendang, pohon, sumur tua, dan kuburan yang juga dianggap memiliki serpihan-serpihan kekuatan Ratu Pantai Selatan.
Type: | Article |
---|---|
Not controling keyword: | Budaya, Mistik, Kriminalitas, Babi Ngepet |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Etnomusikologi |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Etnomusicology |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 05 May 2021 04:08 |
Last mod: | 05 May 2021 04:08 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/4828 |
Actions (login required)
View item |