Sunardi, Sunardi (2013) NUKSMA DAN MUNGGUH : KONSEP DASAR ESTETIKA PERTUNJUKAN WAYANG. ISI Press, Surakarta. ISBN 978-602-8755-84-9
|
Text
Sunardi.pdf Download (64MB) | Preview |
|
|
Text
Sunardi Surat.pdf Download (147kB) | Preview |
Abstract
Pertunjukan wayang mengacu pada konsep nuksma dan mungguh. Nuksma dan mungguh dicapai dalang melalui tiga tahapan, yaitu trampil, cetha, dan kasalira di dalam mempergelarkan wayang. Nuksma memiliki pengertian merasuk, yaitu kekuatan daya batiniah dalang memancarkan rasa estetik. Konsep nuksma dipahami sebagai kualitas rasa estetik dalam pengertian menjiwai, berkarakter, dan mengarah pada terjadinya katarsis bagi penghayat. Mungguh berarti pantas, cocok, sesuai dengan sifat-sifatnya, atau sepatutnya. Dalam pedalangan Jawa, konsep mungguh memiliki pengertian ketepatan dan keselarasan penggunaan materi garap dengan rasa estetik yang dihasilkan. Elemen-elemen pembentuk konsep nuksma dan mungguh, yaitu: medium, ekspresi, ketepatan dan kesesuaian, serta daya batiniah dalang. Medium dimaknai sebagai bahan baku yang diolah menjadi wacana verbal, gerak wayang, wanda wayang, serta vokal dan instrumental. Elemen kedua pada pembentukan konsep nuksma dan mungguh yaitu ekspresi yang dimaknai sebagai keterampilan dalang dalam mengolah berbagai materi garap untuk menghasilkan rasa estetik. Perwujudan ekspresi dalang dalam pertunjukan wayang berupa: (a) antawecana; (b) sabetan; serta (c) vokal dan instrumental. Pola ketepatan dan keselarasan merupakan unsur pelengkap dari pembentukan konsep nuksma dan mungguh dalam pertunjukan wayang. Ketepatan dan keselarasan dimaknai sebagai hubungan sinergis antara ekspresi dalang pada unsur garap pakeliran dengan: (1) pemilihan materi; (2) penggunaan boneka wayang; (3) dengan suasana dan peristiwa lakon; (4) dengan unsur garap lainnya; dan (5) dengan konteks sosial pergelaran. Daya batiniah dalang merupakan pancaran rasa yang mampu menghidupkan pertunjukan wayang. Daya batiniah berada pada sanubari dalang yang disalurkan melalui ekspresi garap pakeliran sehingga pertunjukan wayang menjadi hidup dan menjiwai. Pembentukan nuksma dan mungguh pada diri dalang dapat ditempuh melalui berbagai tahap, yaitu: (1) penguasaan pengetahuan dan ketrampilan teknik pakeliran; (2) kemampuan garap/sanggit pakeliran; dan (3) kemampuan ekspresi rasa estetik.Nuksma dan mungguh sebagai konsep dasar estetika pertunjukan wayang yang ideal seyogyanya dipahami oleh para dalang maupun penonton wayang. Kepada para dalang, nuksma dan mungguh semestinya diimplementasikan dalam pertunjukan wayang, sehingga dapat menghasilkan pergelaran wayang yang bermutu. Kepada para penonton wayang, nuksma dan mungguh sebaiknya dipergunakan sebagai dasar dalam menghayati pertunjukan wayang, sehingga hasil hayatannya lebih obyektif dan proporsional.
Type: | Book |
---|---|
Not controling keyword: | Pertunjukan wayang, Nuksma, Mungguh, Rasa estetik |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Pedalangan |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Pedalangan |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 05 Sep 2019 08:21 |
Last mod: | 05 Sep 2019 08:21 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/3543 |
Actions (login required)
View item |