Sanggit Dan Garap Lakon Banjaran Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta

Downloads

Downloads per month over past year

Sugeng Nugroho (2017) Sanggit Dan Garap Lakon Banjaran Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta. EC00201706241.

[img]
Preview
Text
Sugeng Nugroho ( Sanggit ).pdf

Download (12MB) | Preview
Official url: http://repository.isi-ska.ac.id/

Abstract

Penelitian ini berusaha mengungkap empat permasalahan yang berkaitan dengan sanggit dan garap lakon banjaran pada pakeliran purwa gaya Surakarta, meliputi: (1) mengapa lakon banjaran muncul dalam kehidupan seni pedalangan Jawa; (2) tokoh-tokoh wayang yang bagaimanakah yang mewarnai repertoar lakon banjaran; (3) bagaimana ciri-ciri sanggit dan garap lakon banjaran pertunjukan wayang kulit purwa gaya Surakarta dalam sajian pakeliran Nartasabda, Anom Soeroto, Manteb Soedharsono, dan Purbo Asmoro; dan (4) faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberadaan lakon banjaran? Empat permasalahan tersebut dikaji berdasarkan paradigma semiotika pertunjukan Marco de Marinis. Permasalahan yang bersifat tekstual dianalisis menggunakan teori teater, teori sastra, konsep retorika, dan konsep-konsep pedalangan Jawa. Adapun permasalahan yang bersifat kontekstual dianalisis berdasarkan teori internal perubahan sosial Toynbee dan Mannheim. Penelitian ini bersifat kualitatif. Data-data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan pengamatan terhadap lakon-lakon banjaran karya Nartasabda, Anom Soeroto, Manteb Soedharsono, dan Purbo Asmoro. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, bahwa munculnya lakon banjaran merupakan tanggapan minoritas kreatif terhadap fenomena sosial budaya yang terjadi pada zamannya (1970-an s.d. 2000-an). Kedua, tokoh wayang yang dapat dibanjarkan adalah tokoh-tokoh wayang protagonis maupun antagonis yang mempunyai asal-usul, peristiwa kehidupan, dan banyak menimbulkan permasalahan lakon. Ketiga, sanggit lakon banjaran tidak sekedar membeberkan peristiwa kehidupan salah satu tokoh secara linier, tetapi mengungkap sejumlah peristiwa kehidupannya secara kausalitas dalam satu kesatuan pentas. Adapun garap pakelirannya telah me-ninggalkan pola-pola garap lakon konvensional, meskipun unsur-unsur ekspresinya berasal dari pakeliran tradisi. Keempat, keberadaan lakon banjaran tidak terlepas dari faktor kesenimanan dalang dan tingkat apresiasi masyarakat. Penelitian ini menemukan dua hal: pertama, sanggit dan garap merupakan faktor penentu keberhasilan penciptaan dan penyajian karya seni (pedalangan); dan kedua, karya seni yang hidup adalah karya seni yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi zamannya.

Type: Patent
Not controling keyword: HAKI, Karya Tulis, Wayang, Sanggit, Garap
Subject: 1. ISI Surakarta > Pedalangan
Divisions: Faculty of Performance Arts > School of Pedalangan
User deposit: UPT. Perpustakaan
Datestamp: 14 Jan 2019 05:17
Last mod: 14 Jan 2019 05:17
URI: http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/3029

Actions (login required)

View item View item