Setiawan, Aris (2018) Kisah Wayang Tanpa Kritik. SOLOPOS. p. 4. ISSN -
|
Text
Solopos Aris.pdf Download (250kB) | Preview |
Abstract
Hari Wayang Dunia (HWD) tidak hanya menjadi panggung eksistensi, namun juga etalase kesuksesan materi para dalang. Pada 7 November 2003, wayang diumumkan oleh UNESCO sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Ini menunjukan fungsi penting wayang di Indonesia diakui dunia, sekaligus ada tanggung jawab moral untuk menjaga dan melestarikan. Dalan menjadi garda terdepan bagi nasib wayang ini. Pada hari ini apa yang dapat dipetik dari pertunjukan wayang kulit? Jargon wayang sebagai tuntunan masihkah layak digaungkan? Hingga detik ini dunia pewayangan adalah salah satu bentuk seni yang paling sepi dari kritik. Akibatnya, tidak ada ruang kontrol atau media kontemplatif, penyeimbang, dan ruang koreksi. Padahal, panggung wayang menjadi kumpulan dari segala episentrum seni. Potret lain, di panggung pertunjukan wayang nilai-nilai kearifan hidup semakin pudar, dipandang membasi dan tak menjual. Maka HWD idealnya tidak hanya menjadi selebarasi namun juga menjadi ruang kontemplasi untuk memikirkan nasib hidup wayang beserta perantinya pada masa depan.
Type: | Article |
---|---|
Not controling keyword: | Wayang, HWD, Kritik |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Etnomusikologi |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Etnomusicology |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 13 Nov 2018 04:47 |
Last mod: | 13 Nov 2018 04:53 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/2635 |
Actions (login required)
View item |