Dwiyasmono, Dwiyasmono (2009) SUBAMANGGALA DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT SURAKARTA: REFLEKSI SOSOK PEMIMPIN MELALUI PERSPEKTIF BUDAYA. Mudra, 24 (2). pp. 10-16. ISSN 0854-3461
|
Text
Dwiyasmono 2009.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Dalam rangkaian upacara perkawinan adat Jawa yang ada saat ini, terdapat prosesi kirab pengantin, yaitu kirab kanarendran dan kirab kesatriyan. Pada prosesi ini, subamanggala akan berperan sebagai pemimpin barisan (termasuk pengantin, putri domas, satria kembar dan keluarga) menuju ke arena (pelaminan) dan keluar untuk berganti busana pada kirab berikutnya. Subamanggala biasanya menggunakan teknik joged Jawi tradisi gaya Kasunanan Surakarta berupa gerak dasar, yaitu pola gerak berjalan alusan atau lumaksana yaitu lumaksana dhadhap anuraga, dhadhap impuran, lumaksana nayung, bambangan dan lumaksana oklak, dengan kombinasi ulap-ulap atau tawing. Alusan sendiri adalah kualitas tari yang menghadirkan peran putra dengan karakter halus (alusan) luruh dan alusan lanyap, serta disajikan oleh penari putra. Dalam kualitas tari alusan, selain memiliki karakter luruh dan larryap secara tradisi juga mempunyai kualitas gerak yang disebut irama ngganggeng kanyut (irama gerak seperti pergerakan rumput ganggang di laut yang selalu tertinggal oleh irama aliran air yang sedang mengalir). Seluruh kualitas sikap, peran, laku dan fungsi subamanggala semacam ini yang bisa ditunjuk sebagai nilai-nilai positif yang reflektif bagi para pemimpin bangsa Indonesia.
Type: | Article |
---|---|
Not controling keyword: | Subamanggala, kirab, upacara perkawinan |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Tari |
Divisions: | Faculty of Performance Arts > School of Dance |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 27 Aug 2018 02:02 |
Last mod: | 27 Aug 2018 02:02 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/2523 |
Actions (login required)
View item |