Setiawati, Sri Wastiwi and Adji, Titus Soepono and Nugroho, Widhi (2016) STUDI POTENSI PENGEMBANGAN KOTA FILM BERBASIS KONSERVASI KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA LAMA SEMARANG LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun. Project Report. Fakultas Seni Rupa dan Desain, Surakarta. (Unpublished)
|
Text
laporan_akhir_SRI_WASTIWI_SETIAWATI_S_Sn___M_Sn.pdf Download (21MB) | Preview |
Abstract
Kota Lama Semarang adalah kawasan kompleks bangunan era kolonial, yang saat ini berstatus Cagar Budaya dan dilindungi Undang-Undang. Sekalipun kondisinya rusak, Kota Lama menjadi kawasan yang sangat menarik. Banyaknya bangunan kuno yang otentik dan memiliki nilai artistik yang tinggi secara sinematik, menjadikan kawasan ini kerap digunakan sebagai lokasi syuting produksi film nasional. Belasan film diproduksi di kawasan ini antara lain: Ca Bau Kan (2001), Gie (2005), Lawang Sewu (2007), Kala (2007), The Photograph (2007), Ayat-Ayat Cinta (2008), May (2008), Punk In Love (2009), Rumah Maeda (2009), Merah Putih (2009), Darah Garuda (2010), LaskarPemimpi (2010), Hati Merdeka (2011) Tanda Tanya (2011), Di Bawah Lindungan Ka’bah (2011), Soegija (2012), Sang Kyai (2013), Soekarno:Indonesia Merdeka (2013), Guru Bangsa. (2015). Beberapa film diantaranya merupakan film box office, dan banyak diantaranya merupakan film bertema sejarah dan bersifat kolosal. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Lama memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan pusat produksi film nasional. Tujuan tahun pertama dalam penelitian ini adalah mendapatkan data-data potensi Kota Lama untuk dikembangkan sebagai Kota Film berbasis konservasi kawasan cagar budaya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif verifikatif, dengan data yang diperoleh dari para pelaku pengelola kawasan, serta para pembuat film yang pernah melakukan produksi film di Kota Lama. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa selain potensi artistik, produksi film di Kota Lama didukung oleh berbagai faktor efisiensi, efektifitas dan aksesbilitas yang dimiliki Kota Semarang dibanding lokasi lain. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Lama merupakan kawasan yang dapat menjadi pintu utama pengembangan industri kreatif di sektor perfilman yang dapat mendorong stakeholher di kawasan ini untuk lebih merawat dan memperbaiki kerusakan sesuai dengan kaidah konservasi, serta berdampak pada pengelolaan sebuah destinasi pariwisata Semarang di level nasional. Namun penelitian ini juga menunjukkan bahwa belum adanya regulasi yang mengatur tata cara produksi film di lokasi tersebut, menyebabkan produksi film yang dilakukan juga memiliki potensi merusak proses konservasi yang sedang berlangsung
Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Not controling keyword: | Kota Lama, Semarang, Kota Film, Regulasi, Konservasi |
Subject: | 1. ISI Surakarta > Televisi dan Film |
Divisions: | Faculty of Fine Art and Design > School of Television and Film |
User deposit: | UPT. Perpustakaan |
Datestamp: | 06 Apr 2018 04:46 |
Last mod: | 06 Apr 2018 04:46 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/2324 |
Actions (login required)
View item |