Pujiono, Bagong (2016) KONSEP DAN PENERAPAN MENDHALUNGAN DALAM PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK KEBUMEN. S3 thesis, Institut Seni Indonesia Surakarta.
|
Text
Disertasi Mas Bagong.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep dan Penerapan Mendhalungan dalam Pertunjukan Wayang Golek Kebumen. Tujuan penelitian ingin memahami dan menjelaskan konsep mendhalungan, penerapannya dalam pertunjukan wayang golek Kebumen yang disajikan oleh kedua dalang yakni Basuki Hendro Prayitno dan Kuswanto. Permasalahan yang diangkat adalah: (1) Apa yang dimaksud dengan konsep mendhalungan; apa saja unsur-unsur dan elemen-elemen estetiknya; (2) Bagaimana penerapan konsep mendhalungan dalam pertunjukan wayang golek Kebumen lakon Lahiré Sekethi sajian Basuki Hendro Prayitno dan lakon Bedhahé Jaminambar sajian Kuswanto; (3) Bagaimana relasi estetik konsep mendhalungan dalam lakon Bedhahé Purwakandha sajian Sindu Jataryana, lakon Lahiré Sekethi sajian Basuki Hendro Prayitno, dan lakon Bedhahé Jaminambar sajian Kuswanto. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, estetika pedalangan Jawa, dan kebudayaan Jawa, serta dilengkapi dengan pendekatan etik-emik. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu model analisis interaktif dengan didukung dengan analisis verstehen, interpretasi, dan penafsiran atau hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep mendhalungan merupakan ekpresi totalitas dalang dalam pertunjukan wayang golek Kebumen yang di dalamnya terdapat unsur pilah, pilih, dan polah, serta gathuk, runtut, jèbles, manjing, dan cucut sebagai elemen estetiknya. Penerapan konsep mendhalungan dari kedua dalang menggunakan strategi yang berbeda-beda. Basuki Hendro Prayitno lebih menonjolkan kreativitas garap lakon, sajian catur yang merakyat, variatif, komunikatif dan penonjolan humor dalam setiap adegan. Adapun Kuswanto lebih pada penonjolan sanggit lakon yang mengkiblat pada sajian Sindu Jataryana dan kejelasan intonasi serta bahasa puitis dalam sajian catur. Kedua dalang menggunakan sabet yang sederhana dan konsisten pada karawitan pakeliran konvensi. Perbedaan ini dikarenakan oleh beberapa faktor yakni tema lakon, kreativitas dalang, pendidikan, ideologi dalang, lingkungan sosial budaya, dan masyarakat atau penonton wayang. Sajian lakon Bedhahé Purwakandha, lakon Lahiré Sekethi dan lakon Bedhahé Jaminambar, terdapat relasi estetik konsep mendhalungan yang disampaikan secara intrinsik maupun ekstrinsik baik pesan artistik estetik, pesan filosofis, pesan moral, pesan kepahlawanan, pesan keadilan, pesan kesetiaan, maupun pesan kemanusiaan. Kata kunci: wayang golek Kebumen, mendhalungan.
Type: | Thesis (S3) |
---|---|
Subject: | 1. ISI Surakarta > Penciptaan dan Pengkajian Seni |
Divisions: | Faculty of Graduate Programs > School of Doctoral Program (S3) |
User deposit: | Pascasarjana |
Datestamp: | 10 Oct 2016 03:12 |
Last mod: | 10 Oct 2016 03:16 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/158 |
Actions (login required)
View item |