NASKAH PAKELIRAN SEMALAM LAKON “GANDAMANA LUWENG”

Downloads

Downloads per month over past year

Nugroho, Sugeng (2016) NASKAH PAKELIRAN SEMALAM LAKON “GANDAMANA LUWENG”. FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN ISI SURAKARTA, Surakarta. (Unpublished)

[img]
Preview
Text
NASKAH LAKON GANDAMANA LUWENG.pdf

Download (8MB) | Preview
Official url: https://www.youtube.com/watch?v=JwcYhxSR-go

Abstract

Lakon Gandamana Luweng yang disusun ini bertemakan “Elite Berkonspirasi, Berebut Kursi.” Dilatarbelakangi oleh pemikiran Sudjadi,bahwa persoalan dunia tidak pernah lepas dari tiga hal, yakni HARTA,TAHTA, dan WANITA. Ketiganya menyatu dalam sejarah peradaban manusia. Berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus cerita, telah diciptakanuntuk menjadi pengingat. Meski berbeda versi, format dan bahasanya,tetapi motif, cara, dan modelnya nyaris serupa. Raja Perancis, misalnya, demi mempertahankan HARTA dan TAHTA-nya mempopulerkan jargon “Negara adalah Saya” (L’etat c’est moi). Berbeda dengan Raja Inggris yang memilih hukum “Raja tak bisa disalahkan” (The King can do no wrong). Adapun Raja-raja Jawa menyebut diri sebagai “wenang murba lan misésa” yang tercermin dalam “Sabda Pandhita Ratu,” yang berarti bahwa sabda raja adalah hukum negara. Perkara lain yang menyertai HARTA dan TAHTA adalah WANITA. Hal ini tergambar dalam kisah klasik “Ki Ageng Mangir,” pemberontak Kerajaan Mataram di abad ke-17. Ia dikalahkan akibat siasat Panembahan Senopati yang menggunakan putrinya sendiri, Retno Pembayun, untuk meluluhlantakkan hati Ki Ageng Mangir, sehingga ia bersedia menyerah dan kemudian dibunuh sendiri oleh Panembahan Senopati. Cerita hampir sama dapat dibaca dalam kitab Jawa Kuno Pararaton yang bertutur tentang siasat Ken Arok agar bisa menjadi penguasa Tumapel. Setelah memperalat Ken Dedes, permaisuri Tunggul Ametung, dan membunuh Tunggul Ametung dengan mengkambinghitamkan sosok Kebo Ijo sebagai pembunuh raja, Ken Arok berhasil menguasai Tumapel dan sekaligus memperistri Ken Dedes. Toh akhirnya ia mati dibunuh oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Kisah lain yang cukup terkenal adalah “Hamlet dan Ophelia.” Sebagai pewaris tahta Kerajaan Denmark, Hamlet harus kalah dan mati akibat rakusnya kekuasaan Claudius (pamannya) dan ambisi ibu kandungnya, Getrude. Adapun Ophelia menjadi gila karena hubungan cintanya dengan Hamlet tak mendapat restu. Demikianlah tragedi cinta selalu mewarnai kehidupan manusia sebagaimana kisah Roro Mendut dan Pronocitro, Sam Pek dan Ing Tay, Romeo dan Yuliet, serta Perang Bubat yang menggambarkan kisah cinta Dyah Pilatoka (putri Raja Pajajaran)dengan Prabu Hayam Wuruk (Raja Majapahit) yang berakibat jatuhnya ribuan nyawa dalam Perang Bubat serta dipecatnya Gajah Mada sebagaiMahapatih Amangkubhumi Majapahit. Bagaimana relevansinya dengan lakon Gandamana Luweng? Sebelumnya perlu disimak terlebih dahulu salah satu amanat Bung Karno, Bapak Proklamator Republik Indonesia, yang telah mengorbankan seluruh pikiran dan hidupnya demi mewujudkan kemerdekaan, kehormatan, dan kejayaan Indonesia: "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, sedangkan perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Bertolak dari amanat itulah kisah Gandamana Luweng ini bermula,ketika Negeri Hastina dipimpin oleh Prabu Pandhu Dewanata. Demi menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga, Pandhu mengangkat Raden Gandamana, di samping sebagai “mahapatih” juga sebagai “duta luar biasa dan berkuasa penuh” untuk menjalin hubungan regional dan bilateral dalam menjaga kesetaraan, kedaulatan, ekonomi, dan keamanan antarnegara. Akan tetapi keputusan itu ditentang oleh Dewi Gendari dan Harya Suman (keduanya adalah saudara ipar Pandhu), dengan alasan Pandhu tidak mau berbagi kekuasaan apalagi melakukan rekonsiliasi setelah kekuasaan dari Dhestharastra (suami Gendari, kakak Pandhu) diserahkan kepada Pandhu. Jika keputusan itu tidak segera diubah, Hastina akan mengalami disintegrasi. Korupsi, kolusi, dan nepotisme akan semakin merajalela. Demikian pula dengan intoleransi. Hal itu disebabkan kekuasaan Pandhu hanya berpusat pada keluarganya sendiri, dengan mengangkat Patih Gandamana yang tidak ada tautan darah dengan Pandhu maupun Dhestharastra. Gandamana sesungguhnya adalah orang lain, yang tidak berkeringat sama sekali ketika Negeri Hastina dibangun.

Type: Other
Not controling keyword: Gandamana Luweng, Naskah Pakeliran, Lakon
Subject: 1. ISI Surakarta > Pedalangan
Divisions: Faculty of Performance Arts > School of Pedalangan
User deposit: UPT. Perpustakaan
Datestamp: 07 Sep 2017 05:43
Last mod: 07 Sep 2017 05:43
URI: http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/1539

Actions (login required)

View item View item