Arief, Muhammad (2016) FILM SURAU DAN SILEK (Ketika Anak-Anak Menemukan Sebuah Makna). S2 thesis, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA.
|
Text
Deskripsi Karya Muhammad Arif.pdf Download (9MB) | Preview |
|
Video
Jurnal Video Karya Muhammad Arif.mp4 Download (178MB) |
Abstract
Sinopsis Di sebuah negeri di Minangkabau, ada Tiga sekawan Adil (13tahun), Kurip, dan Dayat adalah murid di perguruan silat yang dipimpin Rustam (27). Rustam adalah seorang pemuda kampung Baringin yang belum mempunyai pekerjaan tetap dan mengetahui sedikit teknik tentang silat, namun tidak dengan filosofinya. Pada sebuah laga final turnamen silat antar kampung, Adil dikalahkan oleh Hardi (13) dengan curang. Setelah tunamen itu usai, tiga sekawan Adil, Dayat, dan Kurip berlatih lebih giat untuk memabalaskan dendam mereka pada turnament yang akan datang. Harapan mereka menjadi pupus ketika Rustam memilih pergi merantau. Kehidupan tiga sekawanpun bagaikan layang-layang putus. Dayat sibuk dengan kegemarannya makan dan bermain, Kurip sibuk dengan persiapan lomba pelajaran ilmu pengetahuan sosialnya. Sedangkan adil, adalah yang paling keras kehidupannya, hidup berdua bersama ibunya yang bekerja sebagai buruh jahit, sedangkan ayahnya sudah meninggal. Satu ceramah yang selalu diingat oleh adil, “doa anak yang saleh adalah salah satu dari tiga syarat seorang yang telah meninggal untuk masuk surga”. Namun Karena beban hidup, Adil banyak menemui rintangan untuk menjadi anak saleh. Hal ini membuat Rani (13) yang diam-diam mengagumi Adil, menceritakan keadaan Adil pada kakeknya, Arman. Kakek Rani kemudian menganjurkan Rani untuk menemui Johar (62), seorang teman kakeknya yang baru beberapa waktu pulang kampung untuk menikmati masa tuanya bersama istri. Rani meminta tolong kepada Johar agar mengajarkan silat kepada temantemannya, namun ditolak. Sampai pada suatu ketika Erna, istri Johar menyadarkan yang membuat Johar harus menerima tawaran Rani tersebut. Adil, Dayat, dan Kurip akhirnya belajar silat kepada Johar dengan syarat harus mematuhi metode latihan yang diterapkan Johar. Mereka berlatih memulai dari falsafah silat di Minangkabau yaitu “ Lahir silat mencari teman, Bathin silat mencari Tuhan”. Johar kemudian mendaftarkan tiga muridnya. Disini Johar kembali bertemu dengan Masri, teman Johar semasa muda diperguruan silat. Masri tak lain adalah guru silat Hardi. Menjelang hari pertandingan, Johar dihadang oleh Masri. Masri menyerang Johar menggunakan kurambik (senjata tajam) sampai Johar bercucuran darah. Johar terbaring di Rumah Sakit. Hari pertandingan, Adil dan Dayat hanya berdua di Sporthall diantara ratusan peserta. Kurip tak terlihat, karena memilih untuk ikut kompetisi ilmu sosial. Adil dan Dayat maju satu persatu. Dayat kalah pada dua laga yang diikutinya, Adil menang pada tiga pertandingan, dan kalah saat kembali berhadapan dengan Hardi. Sampai pada akhirnya tak disangka Kurip datang sesuai jadwal pertandingannya. Kurip terus menang hingga akhirnya kalah saat melawan Hardi di semi final. Kecurangan demi kecurangan dilakukan oleh Hardi untuk mengalahkan Adil di partai final. Sempat Adil terpancing dengan permainan busuk Hardi. Namun Rani, Kurip, dan Dayat mencoba menyadarkan Adil bahwa Johar mengajarkan bahwa hakikat silat adalah “mencari kawan dan mencari tuhan”. Adil sadar bahwa sesungguhnya kemenangan sesungguhnya adalah bagaimana melawan emosi dalam dirinya sendiri.
Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Subject: | 1. ISI Surakarta > Penciptaan dan Pengkajian Seni |
Divisions: | Faculty of Graduate Programs > School of Master Program (S2) |
User deposit: | Pascasarjana |
Datestamp: | 22 Mar 2017 05:55 |
Last mod: | 04 Apr 2017 02:11 |
URI: | http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/1086 |
Actions (login required)
View item |